"Di era digitalisasi Jurnalis harus mampu beradaptasi jika tidak maka akan tergeser dan tertinggal termakan oleh kemajuan zaman"
Bandung,
polkrim-news.com || Sekolah Jurnalistik Indonesia (SJI) yang digagas oleh Organisasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) memiliki peran yang sangat penting dalam mengupgrade anak bangsa yang berprofesi di dunia Jurnalistik.
Pesatnya kemajuan teknologi perlahan-lahan akan menggerus para Jurnalis yang tidak mau beradaptasi dengan perkembangan zaman.
Perkembangan teknologi yang begitu cepat akan terus berkembang dengan pesatnya. Terutama penerimaan informasi atau berita melalui media online dan aplikasi media sosial menjadi informasi mayoritas yang digandrungi masyarakat kita.
Ketua Umum PWI Pusat, Hendry Ch Bangun, mengungkapkan jika SJI ialah ikon PWI yang sudah ada sejak lama. SJI juga merupakan salah satu program lanjutan yang sebelumnya telah dilaksanakan PWI pada tahun 2016
"SJI saat itu pertama kali diadakan di Palembang pada tahun 2010 dimana Presiden SBY ikut menyaksikan kala itu. Kemudian SJI dilanjutkan pada 2016. SJI ada untuk meningkatkan kompetensi wartawan dan wawasan kekinian," ujar Hendry di Aula PWI Jawa Barat Jalan Wartawan II No. 23 Bandung, Selasa (06/02/2024).
Menurutnya, Wartawan yang berpikir kritis dengan menjaga integritas Jurnalisme dan miliki wawasan kebangsaan serta multitasking adalah wartawan andalan.
Sementara itu Prof Ibnu Hamad pembawa materi dengan judul "Menjadi Wartawan yang Berintegritas: Peluang dan Tantangan" mengatakan dengan SJI akan membentuk wartawan yang profesional. Salahsatunya adalah wartawan yang memiliki integritas yang tinggi dalam menjalankan profesinya.
Menurutnya, kata kunci untuk Integritas dalam Jurnalisme memiliki empat aspek yaitu kejujuran, kebenaran, impartialitas dan kebenaran.
Kemudian, faktor-faktor yang dapat mengganggu integritas pemberitaan ialah conflict of interest, ancaman, paksaan subordinasi dan iming-iming atau janji serta hadiah.
Masih kata Ibnu, bagaimana menjadi Agen Moral sebagai Wartawan yang berintegritas?. Diantaranya adalah ketika membuat sebuah karya jurnalistik. Dalam situasi tertentu wartawan akan menghadapi dilemma ethic untuk membuat karya jurnalistik dan menyiarkan hasil karyanya.
Bukan hanya itu, sebagai agen moral, hendaknya wartawan tetap menghasilkan karya dengan kategori "summum bonum".
Acuan etika Wartawan untuk menghasilkan karya jurnalistik dengan kategori "Summum Bonum" diantaranya adalah menggunakan acuan Deontologis, Teologis, Subjectivis dan Golden Mean.
Summum Bonum ialah perilaku baik dalam mengambil kebijakan yang berorientasi untuk manfaat masyarakat banyak sehingga peran serta wartawan terlihat.
Hal senada juga dikatakan oleh Uni Lubis salahsatu wartawan senior Pemateri SJI 2024 yang memberikan materi pada Kamis 8 Februari 2024.
Uni mengatakan, dalam memasuki era digital saat ini, banyak bermunculan media sosial (medsos) yang mencapai jutaan pengguna dan tersebar di seluruh Indonesia.
Hal Itu menyebabkan banyak media memaksa Sumber Daya Manusianya harus beradaptasi serta meningkatkan kapabilitas untuk bersaing kedepan.
"Jika tidak melakukan itu, maka mungkin saja akan semakin tergeser, tertinggal, termakan oleh zaman dan bahkan dilupakan," ungkap Uni.
Uni berharap, dengan adanya SJI ini peserta yang mengikuti bisa menjadi jurnalis yang multitasking dan multiskil.
Bukan hanya itu, dirinya juga menginginkan agar media, reporter, redaktur dan tim nya harus semakin kolaboratif, untuk menjawab tantangan di era digital saat ini.
Dalam pemaparannya, Uni juga memiliki pengalaman berharga ketika mendapatkan tugas mendampingi presiden RI melakukan kunjungan ke beberapa daerah.
“Kala itu saya dipaksa harus menjadi wartawan multiskil yang mampu membuat produk berita, juga bisa mengambil dokumentasi foto dan video, termasuk editing," pungkasnya. (Arief)
Posting Komentar